BANGGAI – DALAM catatan sejarah di Kabupaten Banggai versi swaparaja dulu hanya ada tiga suku asli yang begitu dikenal mendiami Luwuk Banggai, yakni suku Banggai, Balantak dan Saluan.
Seiring waktu dan eksistensi pengenalan budaya, ternyata di balik tiga suku tersebut masih ada suku asli lainnya yang mendiami Tompotika yaitu Suku Andio.
Norma Anggo, pemerhati budaya lokal mengatakan, suku Andio adalah minoritas. Dulunya orang Andio mendiami lembah Tompotika sebelum kemudian pindah ke lembah Masama hingga kini.
Suku ini pula punya bahasa sendiri terang perempuan yang berprofesi guru itu.
“Bahasa yang digunakan oleh suku Andio adalah Taa’ Andio yang dikenal dengan “Mobaala”, tandas Norma.
Norma menuturkan Andio diambil dari nama seorang pemuda yang santun, cerdas dan kritis tapi bijak yang bernama Andio.
“Ia terkenal amat santun dan pandai dalam bertutur kata,” terangnya.
Uniknya penutur bahasa Andio kebanyakan dapat memahami bahasa Balantak maupun Saluan, dan berbeda sebaliknya.
Mengenai pakaian adat, suku andio memiliki pakaian yang didominasi warna hijau dan dipadu padankan dengan warna kuning.
BACA : Benteng Radjawali Jejak Sejarah Etnis Andio Lawan Tobelo dan Belanda
“Hijau artinya kesuburan sedangkan kuning berarti kemakmuran,” ungkap Norma.
Ditambah dengan selempang dengan empat warna yang menggambarkan empat Bense (kelompok Masyarakat), Bense Batu, Bense Buada, Masama Babo dan Masama Rarom.
“Topi yang digunakan mempunyai sudut segi tiga berwarna putih yang di sebut sampulangan (Satu tempat duduk),” jelas Norma.
Sekira dua dekade terakhir, Suku Andio mulai dikenal dan salah satu kepala daerah di Kabupaten Banggai turut memperkenalkan keberadaan suku ini. (Syaiful)
Artikel ini telah tayang di JurnalBanggai.Com group CNA Daily dengan judul ‘Andio Suku Minoritas dari Lembah Tompotika’