BANGGAI – Rayakan budaya kemaritiman di Indonesia serta memperkenalkan kejayaan maritim tradisi kearifan lokal Komunitas Suku Samma Bajau. Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia bersama Pemda Banggai menggelar Festival Penyambutan Pelayaran Perahu (Jarangkah) Sandeq (Layar Segi Tiga) pada Rabu (11/5/2024) sore.
Festival Penyambutan Pelayaran Jarangkah Sandeq dipusatkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, Kecamatan Luwuk itu, adalah bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga, melestarikan dan mengembangan tradisi maritim yang telah ada sejak jaman dahulu. Kegiatan itu juga bertujuan memperkuat kerjasama antar negara di kawasan Asia Tenggara dalam pelestarian budaya dan ekosistem laut.
Suku Samma Bajau tidak hanya ada di indoensia tapi tersebar di beberapa negara Asia Tenggara diantaranya, Malaysia, Thailand, Philifina dan Singapura.
Pelayaran dua unit Jarangkah Sandeq dengan membawa sebanyak 10 orang itu, star perkampungan Bajao, di Majenne, Sulawesi Barat. Selama 17 hari berlayar menyambangi 13 kawasan pemukiman Bajao.
Rute Perjalan Rute perjalanan meliputi beberapa pulau, yaitu Bajau, Salemo, Kodingareng, Jeneponto, Bulukumba, Sagori, Tobea, Kendari, Labengke, Baturube, Peleng, Teluk Lalong, dan Desa Jaya Bakti, Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. Setiap persinggahan akan memperkenalkan kearifan lokal dan budaya maritim di setiap komunitas pesisir yang dilalui.
“Perjalan ini adalah napak tilas untuk mengetahui leluhur kami. Kami kami sudah berlayar sekira 1.000 mil, dan akan lanjut menuju utara, teluk siaja, teluk tomini, Toli-Toili dan kembali ke Mandar,” ungkat ketua Tim Perahu Sandeq.
Pelayaran itu juga bertujuan untuk menelusuri perjalanan para leluhur bajau. Suku bajao santer di ketahui pandai berlayar menjalajahi parairan untuk berburu teripang.
“Perahu Sandeq juga adalah simbol persaudaraan antara Suku Mandar dan Bajau,” terangnya.
Ia juga mengucapkan terimakasih kepada Pemda Banggai dan masyarakat Banggai yang telah memberikan sambutan meriah.
“Kami mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan, kami ucapakan terima kasih atas penyambutan yang begitu meriah, ini pertama kali kami disambut secara mariah,” terangnya
Perahu Sandeq yang digunakan kata dia, kini telah menjadi warisan Nasional sejak Tahun 2016.
Wakil Bupati Banggai, Furqanuddin Masulili menyampaikan, Festival ekspedisi perahu Sandeq menjadi kebanggaan dan momen yang istimewa bagi Banggai.
Digelarnya festival ini adalah bukti nyata warisan budaya bahari bangsa kita tetap terjaga dan menjadi perekat persaudaraan.

“Kita semua sebagai warisan budaya dan telah diakui dunia, ini merupakan simbol keberanian ketangguhan dan kreativitas masyarakat maritim Sulawesi melalui kegiatan ini kita tidak hanya merayakan budaya leluhur tapi juga mempertegas identitas kita sebagai bangsa yang kaya akan warisan tradisi dan kebudayaan,” terang Furqanuddin.
Harapan kami tambah Furqanuddin, kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dapat berdampak positif terhadap kemajuan Banggai yang telah berusia 64 tahun.
“Baru kali pertama ini dilaksanakannya budaya suku Bajo. Mudah-mudahan even seperti ini terus kita kembangkan setiap tahun dan tentunya tidak hanya secara seremonial saja tapi penuh makna,” tutur Furqanuddin.
Perwakilan Kementria Kebudayaan RI, Muhammad Akka, menyampaikan, Festival ini diharapkan dapat menjadi platform untuk memperkuat kolaborasi lintas negara dalam pelestarian budaya maritim dan pengelolaan keanekaragaman hayati laut, yang sangat relevan dengan upaya menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi ekosistem.
Festival pelayaran menggunakan perahu Sandeq kata Muhammad Akka, adalah bagian dari upaya melestarikan identitas budaya bahari Indonesia sekaligus memperkuat konektivitas budaya maritim di kawasan Asia Tenggara.
Kehadiran delegasi dari negara-negara ASEAN, seperti Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura, memperlihatkan semangat kebersamaan dalam merawat dan mempromosikan budaya maritim sebagai identitas bersama ASEAN.
Melalui kolaborasi budaya dan promosi kekayaan laut ASEAN, festival ini juga mendukung upaya menjadikan budaya suku laut sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO melalui joint nomination, memperkuat posisi Indonesia sebagai negara adidaya budaya maritim, dan mempromosikan ketahanan pangan berbasis laut yang menjadi sumber daya vital bagi masyarakat ASEAN.
Pelayaran menggunakan Perahu Sandeq, berasal dari Mandar, tidak hanya menjadi simbol keterampilan berlayar tradisional, tetapi juga mewakili ketahanan dan adaptasi masyarakat maritim yang telah berabad-abad hidup dengan laut. Perjalanan ini melibatkan komunitas Sama-Bajau dan masyarakat maritim Sulawesi, mempromosikan praktik berlayar tradisional sebagai warisan budaya yang penting.
Penyambutan kedatangan perahu Sandeq di Luwuk, Banggai, akan menjadi simbol pembuka kegiatan besar “Sama-Bajau dan Orang Sulawesi: Budaya Bahari dan Pangan Laut,” yang memperingati peran penting budaya maritim dalam membangun jati diri dan ketahanan masyarakat pesisir.
Festival Penyambutan Palayaran Perahu Sandeq Lipu Celebesdi Buka Wakil Bupati Banggai, Furqanuddin Masulili, dan dihadiri Perwakilan Kementria Kebudayaan RI, Muhammad Akka, Raja Banggai, Irwan Zaman. Raja Timur, Laode Sholeh Mankawani, Ketua Lembaga Adat Batu Mondoan Syofyansyah Yunan, delegasi dari Filiphina, Thailand dan Malaysia, Singapura, dan ratusan ribuan masyarakat banggai.
Fesrtival Lipu Celebes akan belangsung selama lima hari sejak 11 – 15 Desember 2024, juga dimeriahkan baragam kegiatan kearifan lokal dari 24 Kecamatan se Kabupaten Banggai. (AL)