BANGGAI – Manajer SPBU KM 5, Jufri menjelaskan insiden sopir ribut saat pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar subsidi, pada Jumat (7/6/2024). Sopir yang merekam kemarahannya di SPBU KM 5 itu akhirnya terpublis di media jejaring sosial Facebook oleh akun Zubair Lamusu.
“Mobil yang ada di situ (antrean panjang), semua dapat, semua terisi. Tiba-tiba datang, langsung ke nosel. Marah di nosel. Saya ada di situ, saya tanya kenapa pak,” jelas Jufri kepada pewarta melalui saluran telepon WhatsApp, malam ini.
Jufri lalu menjelaskan kepada sopir tersebut bahwa operator nosel yang mengisi jerigen itu adalah milik nelayan. “Dia marah-marah, keluar kata-kata yang tidak bagus didengar. Babi, setan, kamu semua di sini. Kebetulan di situ adalah keamanan, malah didorong. Ada keluar kata-kata, saya tidak pake kamu semua. Kami panggil lagi, mobilnya dikase maju. Sudah di pinggir nosel, dia keluar. Kata-katanya itu, saya tidak pake kamu di sini. Marahlah sopir lain, siapa ini yang setan. Sampai mau dipukul, tapi tidak sampai dipukul,” tutur Jufri menirukan percakapan sopir yang mengamuk itu.
Saat pengisian belum terisi full, sopir mobil yang mengisi jerigen nelayan pun akhirnya marah. Marah, karena dituding setan. “Dia memprovokasi dirinya sendiri. Oran-orang sudah marah. Dia tancap gas pergi ke polres. Dia buat laporan, tapi laporannya terbantah karena tidak dipukul,” ungkap Jufri.
Lalu, alasannya sudah menunggu antrean sejak pukul 03.00 dini hari kata Jufri, tidaklah benar. “Dia itu, bilang jam 3 sampai tidur di situ, itu tidak benar. Pada pukul 3 dini hari, sopir yang mengamuk itu setelah diselidiki berada di SPBU Soping (MT Haryono). Kebetulan pas antreannya sudah habis, makanya tidak dapat. Emosinya dibawa ke SPBU KM 5,” ungkap dia.
Apabila sang sopir itu meminta dengan baik-baik, dengan alasan penting, Jufri mengaku, akan memberi kesempatan untuk mengisinya. Selama ini, praktik demikian ketika muncul permintaan, akan diberi pelayanan.
“Operator nosel itu mengisi jerigen milik nelayan. Nelayan yang mengisi BBM itu harus bawa rekomendasi dari Minggu kemarin, kami dikunjungi dari pihak keamanan dan pemda. Dan kami tunjukkan bahwa nelayan itu memiliki rekomendasi. Semacam bar kode yang dikeluarkan oleh pertamina,” jelasnya.
Jufri tak menampik bahwa SPBU KM 5 memang mengisi jerigen. Hanya saja, pengisian BBM khusus nelayan, bukan yang lain. “Kalau tidak ada rekomendasi, itu kami tidak layani. Kecuali memegang rekomendasi,” tegasnya.
Peristiwa sopir mengamuk itu sekitar pukul 07.30 pagi. Ditanya bahwa SPBU KM 5 melayani pengisian tangki modifikasi, dibantah Jufri. Demikian halnya dengan indikasi SPBU KM 5 menjual solar subsidi ke pihak industri, Jufri membantah.
“Mobil tangki, tidak ada. Boleh dicek, mobil tangki siluman tidak bisa masuk di SPBU KM5. Tidak bisa tangki siluman masuk, walaupun hanya mengisi bahan bakar kendaraan. Karena saya takut ada apa-apa di situ,” jelas Jufri.
Soal SPBU KM 5 menggunakan jasa pihak keamanan, Jufri mengakuinya. “Kami pakai dari dulu anggota. Satu personel untuk berjaga-jaga. Setiap hari memang ada,” sebutnya.
SPBU KM 5 ditegaskan Jufri, tidak membebankan pembayaran per jerigen ukuran 35 liter. “Pengisian jerigen, tidak ada biayanya. Saya kontrol. Entah mereka bayar ke operator uang rokok Rp10 ribu Rp20 ribu, itu hak mereka. Tapi, untuk penentuan pengisian jerigen tidak ada. Saya kontrol dari pagi hingga selesai BBM terjual. Soal mainan operator, saya tidak tahu. Saya rasa itu tidak ada,” demikian Jufri. **