BANGGAI – Guna meringankan beban petani dampak ketergantungan penggunaan pupuk kimia, penyuluh pertanian Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Banggai gencar menyosialisasikan pembuatan pupuk organik Biosaka.
Biosaka adalah pupuk alami yang terbuat dari rumput dan dahan tumbu – tumbuhan yang di peras selama beberapa menit.
BACA: Empat Jenis Pupuk di Banggai Tidak Lagi Bersubsidi
Pupuk Biosaka kini telah banyak digunakan oleh petani di sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya daerah Blitar yang menggunakan sejak tahun 2019. Sementara petani Kabupaten Banggai masih banyak ketergantungan dengan penggunaan pestisida kimia.

Penyuluh pertanian Sugono mengatakan, praktek pembuatan pupuk Biosaka telah dilakukan di beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Toili, Toili Barat, Moilong, dan Batui Selatan.
Biosaka adalah pupuk organik yang ramah terhadap lingkungan, hemat biaya, menurunkan penggunaan pestisida kimia dan mengurangi serangan hama penyakit, lahan akan subur dan produksi lebih bagus.
“Biosaka dapat menghemat pupuk hingga 50 persen. Biosaka terbuat dari bahan rumpu dan daun yang di campur air lalu di peras secara manual selama 5 – 15 menit, air yang di peras kemudian disemprotkan ke tanaman,” ungkapnya
Sugono menyebut, nama Biosaka memiliki arti dan makna, Bio artinya hayati/tumbuhan, Saka singkatan dari Selamatkan Alam Kembali ke Alam. tandasnya (AL)