BANGGAI — Di Dusun III, Desa Siuna, Kecamatan Pagimana, berdiri sebuah rumah kecil berwarna hijau muda. Bukan rumah biasa. Bangunan berukuran 5×6 meter itu menjadi simbol harapan baru bagi keluarga Ali Muhson – sekaligus bukti nyata kepedulian TNI AD terhadap rakyat di pelosok negeri.
Pagi itu, suara palu dan gergaji bersahutan dengan tawa kecil para prajurit dan warga. Papan-papan kayu masih berserakan di tanah yang belum sepenuhnya kering, sementara beberapa alat kerja bersandar di dinding rumah yang hampir rampung. Di tengah aktivitas itu, Serka Iksan, anggota Satgas TMMD ke-126 Kodim 1308/LB, tampak sibuk memeriksa sisa pekerjaan.
“Tinggal pengecoran lantai sedikit lagi,” ujarnya sambil mengusap keringat di dahi.
“Rumah ini untuk Pak Ali Muhson. Semoga bisa segera mereka tempati.” kata Iksan
Ali Muhson adalah seorang buruh serabutan. Setiap hari ia bekerja apa saja yang bisa menghasilkan uang. Penghasilannya tidak menentu, kadang hanya cukup untuk makan hari itu. Bersama istri dan seorang anak yang duduk di bangku sekolah dasar.
Ali tinggal di rumah tua berdinding papan rapuh, nasib keluarga kecil itu mulai berubah ketika Satgas TMMD datang ke desanya. Melihat kondisi rumah Ali, Komandan Satgas TMMD sekaligus Dandim 1308/LB Letkol Kav Laode Azhari Hamid merasa tersentuh. Ia bersama para perwira Satgas sepakat memasukkan pembangunan rumah layak huni simbol kasih, gotong royong, dan kehadiran TNI di tengah rakyat tuk Ali sebagai sasaran tambahan TMMD ke-126.
Sejak itu, setiap hari prajurit TNI dan warga desa bekerja bersama. Tidak ada sekat antara seragam loreng dan baju lusuh. Mereka bergotong royong, mengangkat balok, memotong papan, mencampur semen semua dilakukan dengan satu tujuan, memberikan tempat tinggal yang lebih baik untuk Ali dan keluarganya.
“Kami tidak hanya membangun rumah,” kata DanSSK Kapten Inf Dwi Karyo Basuki sambil tersenyum. “Kami ingin membangun harapan.”
Selain rumah untuk Ali, program TMMD di Desa Siuna juga mencakup berbagai kegiatan lain: pembuatan MCK, penyediaan air bersih, hingga pelatihan pembuatan olah bakery bagi ibu rumah tangga. Sasaran utamanya adalah peningkatan jalan kantong produksi dan pembangunan plat duiker, proyek infrastruktur yang diharapkan bisa membuka akses ekonomi desa.
Kini, rumah hijau itu hampir selesai. Bagi sebagian orang, mungkin ukurannya kecil dan sederhana. Tapi bagi keluarga Ali Muhson, rumah itu adalah anugerah besar. Sebuah tempat untuk berlindung, untuk beristirahat, dan untuk menata mimpi baru.
Ketika sore menjelang, anak Ali terlihat berlari-lari kecil di halaman depan, menatap rumah barunya dengan senyum malu-malu. Di matanya, ada kilau bahagia yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Rumah hijau di ujung Desa Siuna itu kini menjadi lebih dari sekadar bangunan. Ia adalah menguatkan keyakinan bahwa di balik setiap dinding yang dibangun, tersimpan cerita tentang kemanusiaan.










