Puluhan KPM di Banggai Nyatakan Mundur Sebagai Penerima PKH

BANGGAI – Sebanyak 85 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) bantuan melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Banggai menyatakan diri mundur dari status penerima bansos PKH.

Dinas Sosial Kabupaten Banggai menyebut, 85 keluarga tersebut telah lulus mandiri atau dikenal dengan istilah graduasi mandiri. Puluhan keluarga itu juga telah menyatakan diri mundur dari kepesertaan penerima bansos PKH.

“Data KPM graduasi mandiri di Kabupaten Banggai sampai dengan Bulan April tahun 2025 sebanyak 85 KPM yang sudah menyatakan dirinya siap keluar dari kepesertaan bantuan sosial PKH,” kata Dwi Putra, Korkab PKH Dinas Sosial Kabupaten Banggai. Kamis (22/5).

Para keluarga yang dinyatakan graduasi dikarenakan mereka telah memiliki usaha sendiri seperti keluarga di Desa Sinorang, Kecamatan Batui Selatan, salah satu peserta penerima PKH itu kini memiliki usaha kios, pom bensin mini, dan agen gas Elpigi. Begitu juga di Desa Gori Gori, keluarga tersebut sudah bisa membangun rumah bahkan dua lantai.

Ada pula di Kecamatan Bunta, warga mengaku telah memiliki usaha kios sembako.

Dwi menjelaskan pihaknya akan terus mengupayakan KPM PKH yang lulus secara mandiri ini dapat terus bertambah. “Harapannya data ini masih bisa bertambah sampai akhir tahun 2025 nanti,” ucapnya.

Ditambahkannya, adapun upaya mendorong angka graduasi KPM secara mandiri, salah satunya melalui peran Pendamping PKH yang secara intens di lapangan mengamati peserta mana saja yang berpotensi.

“Sesuai dengan arahan Menteri Sosial bahwa Pendamping Sosial harus melakukan Graduasi Sejahtera Mandiri minimal 10 orang Keluarga Penerima Manfaat,” ucapnya.

Dikatakan pula selain karena adanya peningkatan ekonomi proses graduasi ini juga bisa terjadi atas inisiatif KPM itu sendiri, maupun dorongan dari Pendamping Sosial atau pihak lainnya.

Misalnya KPM menolak bantuan karena merasa mampu, tidak ingin bergantung pada bantuan sosial PKH, dan/atau ingin memberikan kesempatan kepada keluarga lain.

“Sehingga perlu dipahami, graduasi tercipta bukan hanya karena ada peningkatan secara ekonomi, namun juga disertai adanya perubahan pola pikir,” ucap Dwi. **

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *