BANGGAI – Perusahaan pengelolaan amonia PT Panca Amara Utama (PAU), mendapatkan sorotan pedas dari kalangan akademisi. Kritikan itu kaitan dengan beragam polemik mulai dari perekrutan tenaga kerja, pemberian dana sosial atau program-program dari perusahaan dinilai tidak transparan.
Kritikan pedas itu dilontarkan Ahmed Hakim, pria kelahiran Tolando, Kecamatan Batui yang tengah menjalankan masa studi jurusan Hubungan International, di Universitas Paramadina Jakarta. Ia menyoroti aktivitas perusahaan Ammonia yang tengah beroperasi di Batui, nilai Ahmed Hakim, kegagalan program pengembangan masyarakat yang sering ditemukan selama ini, baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun pihak swasta, antara lain disebabkan ketidaktepatan metodologi perencanaan program yang digunakan serta metode implementasinya, juga tidak transparansinya perusahaan dan pemerintah dalam melibatkan partisipasi masyarakat mengakibatkan hampir seluruh program CSR maupun perekrutan tenaga kerja oleh PT PAU hanya sebatas untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu,” kecamnya.
Ia menambahkan, bahwa CSR PT PAU hanya berorientasi pada kepentingan ekskutif perusahan.
“Dapat dimahfum ekskutif perusahaan lebih bekerja untuk mewakili kepentingan shareholder bukan mewakili kepentingan masyarakat lokal, ataupun stakeholder lainnya, misalnya kelompok marginal (miskin, perempuan, dan anak), organisasi sosial masyarakat yang ada di tapak project sekaligus masyarakat terdampak” kata Ahmed melalui rilis yang diterima media ini
Ahmed menilai, argumentasinya sejalan dengan temuan fordan dan Robinson: “Studi ini juga menemukan kasus-kasus di mana para pemangku kepentingan, meskipun memiliki klaim yang sah, misalnya. mewakili kepentingan masyarakat tertentu, tidak dapat terlibat atau mempengaruhi CSR karena kurangnya kekuasaan, akibat dinamika spesifik perusahaan dan karena pengaruh kelembagaan yang lebih luas” tulis Ahmed melalui rilis yang diterima media ini Senin (24/2/2025) siang
PT Panca Amara Utama kata dia, adalah anak perusahaan PT Surya Esa Perkasa yang merupakan entitas bisnis disektor project GorundBreaking pabrik Amonia. Perusahaan ini beroperasi di Desa Uso, Batui, Kabupaten Banggai yang diresmikan pada 2015.
Secara umum project ini mengerjakan produksi amonia, senyawa lainnya. Project ini juga memiliki kapasitas produksi amonia sebesar 700 ribu ton per tahunnya. Dari pasokan gas yang berasal dari blok Senoro sebanyak 55 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) project ini beroperasi hingga saat ini.
Dalam laporan tahunannya, misal Sepanjang Tahun 2023, mereka mencapai pencapaian signifikan dalam manufacturing excellence, keberlanjutan lingkungan, dan adaptasi terhadap dinamika industri. Sebagai bagian dari inisiatif Perseroan untuk meningkatkan kondisi ekonomi lokal, perusahaan ini mengklaim telah menerapkan Program Pertanian dan Peternakan di tiga wilayah kecamatan, Batui, Kintom, dan Nambo di Kabupaten Banggai. Melalui program kandangnisasi (pembangunan kandang ternak komunal, tergambar jelas juga dalam Dalam hal kinerja keuangan, perusahaan ini tercatat mengantongi pendapatan sebesar US$345,0 juta dan keuntungan sebesar US$46,7 juta pada Tahun 2023.
Dengan begitu, sejak tahun 2015 perusahaan ini telah meraup keuntungan yang begitu besar dari proses eksploitasi dan akumulasi modal di Batui. Dalam implementasinya perusahaan ini mengklaim per-2023 mereka menghabiskan anggaran yang mencakup biaya yang berkaitan pengelolaan limbah, dan upaya konservasi lingkungan yaitu sebesar Rp920.000.000, mereka juga mengklaim bahwa telah berkontribusi terhadap pelepasan 325 ekor Burung Maleo dalam program Konservasi Burung Maleo.
Disi lainnya, Sr. External Relation Officer PT PAU, Novari Mursita, menjelaskan bahwa pihaknya telah menjalankan program kerja sama dengan tiga dinas sebelumnya dan kini memperluas cakupan kerja sama dengan empat dinas lainnya yang akan diimplementasikan pada 2025.
Atas hal tersebut, Ahmed Hakim menegaskan, bahwa polemik yang kemudian menjadi titik perjuangan masyarakat Batui guna bisa berdaulat atas sumber daya alamnya, maka dalam beberapa waktu kedepan ia bersama solidaritas masyarakat sipil lainnya akan melakukan aksi protes di kantor utama PT PAU ataupun PT ESSA, guna mendesak perusahaan ini memperbaiki system kerjanya.
“Kalau memang tidak bisa memberi manfaat secara maksimal untuk mian (masyarakat-red) Batui, mending perusahan itu tinggalkan saja Tano (tanah -red) ’Batui, kami akan desak di kantor pusat bahwa praktik pelaksanaan tidak maksimal dan selalu nya mengeksploitasi baik di konteks pekerja dan juga sumber daya alamnya” tutupnya.
Pihak perusahaan yang dikonfirmasi Eksternal Relation Officer PAU belum bersedia memberikan tanggapan. (AL)