Petinggi Hamas Syahid Tak Melemahkan Perjuangan Brigade Al Qasam

JAKARTA – Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan gugurnya sejumlah pemimpin senior dalam pertempuran yang berlangsung di Gaza.

Dalam pernyataan resminya, Juru Bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaidah, menyebut bahwa para pemimpin ini gugur dalam Pertempuran Badai  Al-Aqsa saat memimpin perlawanan terhadap serangan Israel. Pernyataan ini dikutip dari laman resmi Hamas, Kamis (30/1/2025).

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa kesyahidan para pemimpin ini tidak akan melemahkan perjuangan, melainkan semakin memperkuat tekad Mujahidin untuk terus bertempur.

Brigade Al-Qassam juga menegaskan bahwa sistem kepemimpinan mereka tetap berjalan tanpa kekosongan, dan perjuangan akan terus berlanjut hingga tujuan mereka tercapai.

“Wahai para syuhada dan para pahlawan, wahai para mujahidin dan pejuang perlawanan rakyat dan bangsa, wahai rakyat Arab dan Islam, wahai orang-orang merdeka di seluruh dunia, salam sejahtera, rahmat, dan berkah. Semoga Allah memberkahi kalian,” demikian Abu Ubaidah mengawali pernyataannya.

Para pemimpin yang syahid itu adalah, Muhammad al-Deif (Abu Khaled), Panglima Besar Brigade Al-Qassam, Marwan Isa (Abu Al-Baraa), Wakil Panglima Brigade Al-Qassam, Ghazi Abu Tamaa (Abu Musa), Komandan Bagian Senjata dan Layanan Tempur,  Raed Thabit (Abu Muhammad), Komandan Divisi Sumber Daya Manusia.

Berikutnya, Rafe Salamah (Abu Muhammad), komandan Batalyon Khan Yunis.

Ahmed Al-Ghandour (Abu Anas), komandan Balatyon Gaza Utara, Ayman Nofal (Abu Ahmed), komandan Batalyon Gaza Tengah.

“Semua orang hebat ini syahid, maju dan tidak mundur, di tengah-tengah Pertempuran Badai Al-Aqsa, di tempat-tempat kehormatan, kepahlawanan dan pemberian, antara ruang operasi komando atau pertempuran langsung dengan musuh dan membersamai pasukan di lapangan, atau saat memeriksa barisan Mujahidin dan mengatur jalannya pertempuran serta mengelola peperangan,” ungkap Abu Ubaidah.

Mereka mati syahid untuk menandatangani dengan darah mereka yang murni kebenaran afiliasi dan pengorbanan, menyatakan bahwa darah mereka tidak lebih berharga bagi mereka daripada darah anak Palestina mana pun di tanah ini.

Mereka syahid dalam pertempuran terbesar yang pernah diketahui oleh bangsa dalam sejarah, demi tujuan paling suci di muka bumi, dan di tangan ciptaan Allah yang paling hina dan paling dibenci oleh Dia dan hamba-hamba-Nya.

Mereka menang ketika mereka menginspirasi jutaan rakyat dan bangsa untuk membawa bendera itu bersama mereka dan setelah mereka, jika Allah berkehendak.

“Para syuhada kita menang ketika mereka menyerahkan panji-panji kepada para pemimpin yang berani dan kuat, yang merupakan kawan seperjuangan mereka yang tidak mengenal kekalahan dengan kekuatan Allah,” tutur Abu Ubaidah.

Ia menegaskan bahwa mereka yang telah syahid mengalahkan musuh selama berpuluh puluh tahun. Dan keteguhannya melawan musuh itu adalah bukti mereka benar-benar mati syahid.

“Kesyahidan para pemimpin besar kita, meskipun kita kehilangan banyak orang, tidak dan tidak akan melemahkan tekad batalyon-batalyon kita dan perlawanan kita, syukur kepada Allah SWT dan pertolongan-Nya. Ini adalah masalah yang sudah selesai dan tidak ada perdebatan lagi tentang itu,” tegasnya.

Setelah mereka semua syahid dalam pertempuran ini, tekad Mujahidin ungkap Abu Ubaidah, semakin kuat, syukur kepada Allah, dan pertempuran menjadi lebih sengit dan intens, dan Mujahidin bertempur lebih gagah berani, dan menimbulkan lebih banyak kerusakan pada musuh, dan motivasi mereka untuk bertempur meningkat dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, disaksikan oleh seluruh dunia, dan mereka masih berada dalam perjanjian dan sumpah.

“Inilah yang tidak dipahami oleh musuh yang sombong, karena kita berjuang karena Allah, demi sebuah keyakinan dan tuj. (OKN/*)

Dapatkan Berita Terupdate dari Celebes News Agency di:
error: Content is protected !!